Minggu, 01 Juli 2012

Revitalisasi Kawasan Situs Sunan Giri Rawan Merusak Situs

Akhir-akhir ini sejak pemerintah melaksanakan revitalisasi destinasi wisata Sunan Giri Gresik, timbul polemik antara pemkab Gresik dengan kelompok yang mengatasnamakan masyarakat Giri (Gresik). Perbedaan pendapat itu timbul akibat kurangnya komunikasi pemkab Gresik (Dinas PU?) dengan masyarakat sekitar makam, para sejarawan dan budayawan Gresik. Walaupun ini juga di klaim pemerintah bahwa komunikasi telah dilaksanakan. Pertanyaannya, siapa saja yang mewakili acara itu dan berapa banyak wakil komunitas yang terwakili.
Masalah yang kedua adalah akibat perbedaan tafsir tentang luas situs Sunan Giri, terutama tentang batas zona situs. Batas mana yang termasuk situs Zona I dan yang mana yang masuk dalam Zona II yang sekarang oleh pemerintah sudah terlanjur diurug tanah,dan celakanya didalam wilayah itu terdapat jalan utama menuju makam dalam bentuk bangunan berundak (tangga).
Kenekatan pemkab Gresik yang terkesan terburu-buru memulai revitalisasi yang diawali dengan pengurukan tersebut karena mereka mengaku telah mendapat rekomendasi dari Tim Purbakala Trowulan. Sayangnya dalam hal ini pemerintah tidak terbuka dan terkesan enggan untuk berdialog dengan tokoh masyarakat atau para komunitas pemerhati budaya dan sejarah baik sebelum pelaksanaan proyek maupun pada saat proyek berjalan yang kemudian dihentikan pengurukannya bahkan tangga utama yang terlanjur diuruk akhirnya dikeruk kembali (tapi terkesan asal keruk, bahkan tidak menutup kemungkinan ada bangunan tangga yang rusak akibat pengerukan itu).
Masalah yang ketiga, dalam wilayah proyek tidak terlihat papan nama proyek itu serta tak tampak pula masterplant atau gambar rencana proyek yang semestinya terpampang di situ agar masyarakat tahu seperti apa kelak jika proyek revitalisasi situs Sunan Giri itu selesai.
JIka niat baik pemerintah ini tidak segera dicari solusi yang membuat adem masyarakat, bisa jadi akan berakibat masalah yang berlanjut dan berbuntut panjang. Bahkan yang mengkhawatirkan bisa menjadi alat politik untuk menyudutkan salah satu fihak, terutama mereka yang sedang berkuasa. Belum lagi kerugian anggaran akibat terhenti sementaranya proyek, ingat ini uang rakyat juga.
Sementara ketika penulis terjun langsung dan berdialog dengan masyarakat peziarah dari luar kota Gresik untuk minta pendapat tentang keadaan makam saat ini, justru banyak yang menyayangkan dan kecewa.
LUAS BANGUNAN SITUS MAKAM SUNAN GIRI
Jika kita membaca buku karangan Aminuddin Kasdi yang berjudul Kepurbakalaan Sunan Giri –Sosok Akulturasi Kebudayaan Indonesia asli, Hindu-Budha dan Islam Abad 15-16, maka disitu dijelaskan bahwa kompleks Sunan Giri terdiri dari kompleks makam dan kompleks masjid. Kompleks makam Sunan Giri luasnya hamper memenuhi daerah perbukitan (Giri Gajah?). Batas selatan sampai belakan pasar desa Giri. Batas timur mulai dari pintu masuk yang ada di muka pasar (yang sekarang jadi tempat parkir) terus ke utara, kemudian membujur ke barat sampai pada kompleks makam Sunan Prapen. Situs tersebut memanjang dati timur ke barat kurang lebih 600 m.Di atas situs itulah berdiri banguan-bangunan makam, cungkup, gapura dan masjid. (hal.94)
Untuk masuk ke kompleks makam Sunan Giri dari arah selatan (arah tangga yang kini jadi masalah:Red.)tersedia jalan melalui gapura yang berbentuk candi bentar. Lahan di lereng bukit di selatan candi bentar merupakan tempat pemakaman. Berdasarkan perbandingan dengan komples Sunan Drajat, gapura bentar itu seharusnya berada pada TINGKAT- 5 dari tingkat-tingkat (tangga) di kompleks Sunan Giri. Pada dasarnya bangunan garura candi bentar ini mirip dengan dengan bentuk atau pola candi bentar Wringin Lawang, yaitu merupakan candi Jawa Timur yang dibelah dua dan biasanya bersayap. Pada bagian kiri kanan gapura Giri walaupun agak rusak masih terlihat bekas-bekas kaitan tembok, sebagai petunjuk bahwa gapura candi bentar Giri juga memiliki sayap. Pada lebih kurang 30 meter ke tangga atas dari gapura candi bentar itu, sampailah kita ke candi bentar gapura (yang besar dengan tinggi kira-kira 6m.) di TINGKAT- 6 dari susunan bangunan di kompleks Sunan Giri. Kemudian naik lagi melalui candi bentar kecil (tinggi 2m) yang merupakan pintu masuk ke pemakaman pada tingkat paling tinggi, yaitu TINGKAT ke 7 yang lebih tinggi 1m dari pada tingkat di belakang candi bentar besar. Di belakang candi bentar kecil terdapat pintu masuk ke makam yang berjarak kl. 3m berbentuk candi yang pintunya tembus tapi beratap. Pada jaman Hindu disebut paduraksa, dan pada jaman Islam disebut Kori Agung sebagai pintu masuk kedalam kelompok bangunan tersakral sebagai bangunan utama. (hal 95-96)
JIka kita teliti pada tulisan diatas, maka jika bangunan gapura bersayap (dan di depannya ada patung naga kembar itu masuk pada TINGKAT-4, maka di depan/ di bawah gapura itu tentu berturut turut terdapat bangunan TINGKAT-3, TINGKAT-2 dan TINGKAT-1.
Dan kemungkinan yang disebut bangunan TINGKAT-1 itu adalah pintu masuk yang sekarang menjadi tempat parkir dan yang terlanjur rusak karena diuruk itu termasuk dalam bangunan TINGKAT-2 dan 3.
Wallahualam.

1 komentar:

  1. Share yg keren gan,,, bisa buat bahan tugas akhir ane...
    tq gan..

    BalasHapus